Jumat, 02 Desember 2011

Healthy or Violence?????....

               Tanggal 2 Desember 2011 merupakan tanggal dimana aku mendapatkan suatu bentuk ilmu yang baru. Yups...kebetulan dosen tercintaku ibu Sherly (ibunya Andhika Pratama, heheheheeeeee...^^) mengadakan suatu seminar yang mendatangkan seorang motivator terkenal tingkat nasional. Sayang, aku hanya menghafal nama panggilannya saja, yaitu Bpk.Ferry. Seminar yang mengusung tema mengenai "Berhubungan (Berpacaran)"..ihh..wawww...dari kata-katanya ternyata mampu menyedot semua perhatian mahasiswa/i bahkan dosen sekaligus. Seminar itu pun berlangsung begitu meriah, semua menyimak dengan baik terhadap apa yang disampaikan oleh Bpk.Ferry. Ternyata tanpa kita sadari, khususnya kaum wanita ini sebenarnya masih terjajah dengan sifat dan perilaku dari kaum laki-laki.


          Kekerasan dalam berhubungan(berpacaran) merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku remaja.  Hali ini merupakan kasus terbanyak kedua setelah kekerasan terhadap istri dan banyak menimpa perempuan sebagai korban. Kekerasan dalam berpacaran (Dating Violence) adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam pacaran meliputi kekerasan fisik, emosional, dan atau verbal oleh seseorang kepada pasangannya yang dilakukan dalam hubungan pacaran. Hal ini bisa dilakukan tidak hanya oleh pria, melainkan juga oleh wanita.

             Bentuk kekerasan dalam berhubungan yaitu:
1.  Kekerasan fisik, meliputi memukul, menendang, menjambak rambut, menampar, menonjok, melempar benda, membawa ke tempat yang membahayakan keselamatan korban.
2. Kekerasan seksual, meliputi setiap kontak seksual yang tidak diinginkan, rabaan, ciuman, melakukan hubungan seksual yang tidak kita kehendaki dengan berbagai ancaman.
3. Kekerasan emosional atau psikis, meliputi mengejek, curiga berlebihan, selalu menyalahkan pacar, mengekang, melarang atau membatasi aktifitas kita, memerasa, melarang kita untuk menegur orang lain.
4. Kekerasan secara ekonomi,selalu minta ditraktik dan belanja barang yang mewah, ketika tidak dituruti kemauannya maka akan berimbas kepada kekerasan yang lain, bisa fisik maupun psikis.

            Hmmm..dari bentuk kekerasan di atas, kelihatannya yang menjadi korban kalau digambarkan dalam kehidupan nyata saat ini tidak hanya wanita saja yang menjadi korban...kelihatannya laki-laki juga bisa. Mungkin prosentasenya yang berbeda..^^

              Sebelum adanya bentuk kekerasan, tentu ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu :
1. Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang menyenangkan.
2. Teman sebaya, memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan kontribusi semakin tingginya angka kekerasan antar pasangan. Berteman dengan teman yang sering terlibat kekerasan dapat meningkatkan resiko terlibat kekerasan dengan pasangannya.
3. Media Massa, Media Massa, TV atau film juga sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya perilaku agresif terhadap pasangan. Tayangan kekerasan yang sering muncul dalam program siaran televise maupun adegan sensual dalam film tertentu dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan.
4. Kepribadian, Teori sifat mengatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian A lebih cepat menjadi agresif daripada tipe kepribadian B (Glass, 1977). Dan hal ini berlaku pula pada harga diri yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki oleh seseorang maka ia memiliki peluang yang lebih besar untuk bertindak agresif.
5. Peran Jenis Kelamin, Pada banyak kasus, korban kekerasan dalam pacaran adalah perempuan. Hal ini terkait dengan aspek sosio budaya yang menanamkan peran jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki dituntut untuk memiliki citra maskulin dan macho, sedangkan perempauan feminine dan lemah gemulai. Laki-laki juga dipandang wajar jika agresif, sedangkan perempuan diharapkan untuk mengekang agresifitasnya.

         Dampak-dampak yang bisa ditimbulkan antara lain : depresi, menyalahkan diri sendiri, ketakutan merasa dibayangi banyak teror, rasa malu, merasa sedih, bingung, mencoba bunuh diri, cemas, tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain, merasa bersalah.

          Setiap ada permasalahan tentu ada solusi. Sebenarnya solusi yang paling tepat adalah "NGGAK USAH PACARAN" kalau nggak mau ada kekerasan ketika sedang berpacaran. Akan tetapi, dengan adanya kekerasan baik fisik, emosional dan ekonomi lebih baik mengadulah kepada Tuhan, mencari solusi entah dengan menemui psikiater atau lembaga yang dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi, dan yang terakhir tinggalkan mereka dan mencari suatu hal yang bisa menenangkan perasaan kita. 

                Setiap pilihan yang sudah kita pilih, kita juga harus berani menerima resikonya.
                Berani berbuat, berani bertanggung jawab.
        Saat ini adalah waktunya kita yang memilihnya, apa yang akan kita isi dalam hidup ini, SENYUMAN atau TANGISAN???....



Tidak ada komentar: